,

Translate

Ekologi Kita Jaga, Pangan Terjaga : Inovasi Tim PKM-PM Mangroveer USU Hadirkan Revolusi Mangrove untuk Desa Lubuk Kasih

Rubrikrakyat.co.id
01/09/2025, 20.20 WIB Last Updated 2025-09-01T13:20:07Z
Foto : Tim PKM-PM Mangroveer Universitas Sumatera Utara (USU). 


Rubrikrakyat.co.id, Langkat


“Ekologi kita jaga, pangan terjaga” bukan sekadar jargon, melainkan semangat besar yang diusung oleh Tim PKM-PM Mangroveer Universitas Sumatera Utara (USU). Dengan mengangkat judul “Mangrove Eco-Revolution: Transformasi Mangrove Lubuk Kasih Menjadi Pangan dan Biochar”, tim PKM USU ini menghadirkan inovasi kreatif yang memadukan antara kelestarian lingkungan dengan kemandirian pangan dan energi terbarukan.


Mangrove, yang selama ini dikenal hanya sebagai pelindung garis pantai dan ekosistem perairan, kini di tangan anak muda kreatif ini mampu berubah menjadi sumber pangan dan energi. Mereka mengolah mangrove menjadi berbagai produk pangan bernilai tinggi, mulai dari keripik, cookies, sirup, hingga selai mangrove. Tak berhenti di sana, batang dan ranting mangrove yang sudah rusak dan tidak produktif diolah menjadi biochar, arang hayati yang bermanfaat untuk memperbaiki kualitas tanah, menyuburkan tanaman, sekaligus menjaga keseimbangan ekologi.


Inovasi ini lahir dari gagasan lima mahasiswa USU, yaitu Ricabella Aprilla Hutauruk, Mei Edis Siahaan, Anggata, Afwan Hafizullah, dan Hottua Sihaloho, dengan bimbingan dosen pendamping Doni Aldo Siahaan, S.Si., M.Si. Melalui program PKM-PM, mereka berfokus pada Desa Lubuk Kasih, sebuah desa pesisir di Kabupaten Langkat yang memiliki potensi mangrove cukup besar namun belum termanfaatkan secara optimal. Selama ini, sebagian besar lahan mangrove yang ada hanya dianggap sebagai hutan biasa, tanpa memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar. 


Kehadiran program Mangroveer ini mengubah cara pandang tersebut. Bersama mitra kegiatan, yaitu ibu-ibu PKK Desa Lubuk Kasih, tim ini tidak hanya memperkenalkan inovasi produk pangan dan biochar, tetapi juga membangun kapasitas masyarakat. Ibu-ibu yang sebelumnya tidak terbiasa mengolah mangrove kini dibekali keterampilan baru untuk menciptakan produk yang bernilai jual, membuka peluang usaha, sekaligus menambah pengalaman serta wawasan dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Lebih dari sekadar produk, kegiatan ini menjadi gerakan sosial dan ekonomi yang mampu menumbuhkan harapan baru bagi desa. Desa Lubuk Kasih perlahan membangun identitas sebagai desa pesisir yang tidak hanya menjaga lingkungan, tetapi juga mampu menciptakan kemandirian pangan dan energi. Harapannya, langkah ini dapat mendorong desa untuk lebih mandiri, berdaya, dan sejahtera. Desa Lubuk Kasih bukan lagi hanya sekadar desa pesisir biasa, melainkan desa yang bertransformasi menjadi contoh nyata inovasi berbasis ekologi dan ekonomi berkelanjutan.


Tidak berhenti pada Desa Lubuk Kasih, inovasi ini juga diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia. Potensi mangrove yang tersebar luas di pesisir Nusantara dapat menjadi peluang emas untuk menghadirkan pangan alternatif dan energi ramah lingkungan. Bayangkan jika setiap desa pesisir mampu memanfaatkan mangrove secara berkelanjutan, maka bukan hanya desa tersebut yang terangkat secara ekonomi, melainkan juga Indonesia secara keseluruhan. Gerakan kecil dari mahasiswa ini dapat menjadi cikal bakal lahirnya revolusi ekologi dan pangan yang menyeluruh.


Sejalan dengan tantangan perubahan iklim dan kebutuhan akan pangan berkelanjutan, langkah Mangroveer menjadi jawaban konkret dari generasi muda untuk menghadirkan solusi. Melalu inovasi ini, mereka membuktikan bahwa menjaga ekologi tidak berarti mengorbankan ekonomi. Justru sebaliknya, dengan menjaga lingkungan, kita dapat memastikan pangan tetap terjaga, energi tetap tersedia, dan kesejahteraan masyarakat terus meningkat.


Pada akhirnya, jargon “Ekologi kita jaga, pangan terjaga” bukan hanya sekadar kalimat manis, tetapi wujud nyata dari aksi nyata anak muda dalam menjaga bumi, memberdayakan masyarakat, dan membangun masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan sejahtera. (Red)